Bila masih ada ruang-ruang doa di hati,
yang hingga kini belum berani kupanjatkan,
Bukan berarti aku tak benar mempercayakan,
Hanya saja hatiku belum cukup berani mengingini...
Sungguh,
Jika harapan setara dengan gunung berpuncak tinggi,
Maka keyakinanku mampu lampaui julangannya,
Pun andai kata rajutan asa yang telah ku pintal,
Sudah cukup untuk menghanyutkan doa ibarat kapal...
Sungguh,
Semua hanya masalah damai yang sedang ku usahakan,
Berdamai dengan diri lalu (kembali) mesra dengan nurani,
Berandai waktu adalah hakim berketetapan,
Apalah dayaku pun turut menjalani seikhlas diri....
Sungguh,
Kau yang disana (masih) tersamar kabut takdir,
Cukuplah panjat ridho Ilahi Rabbi dengan sebaik-baik cara,
Agar ditemui jalan berkah membuka tabir,
Hingga dipertemukan tanpa syeitan mencampurinya...
Sungguh,
semua masih berkisar kira-kira dan andai-andai semata,
Besertanya idealisme pencarian hingga berakar,
Ingatlah jika telah menjadi ketentuan kita berdua,
Maka tidak (akan) ada yang tertukar....
with tears,
W N A