Minggu, 11 September 2011

Adakah Yang Salah? (catatan tercecer,Solo-Jogja bagian 1)

      Adakah yang salah dengan kita?jika memang ada yang salah, maka cukup berikan saja aku waktu untuk menemukannya dengan caraku sendiri dan jangan pernah mencoba untuk memberitahuku. Aku rasa kamu pasti sudah mengenal karakterku sejak awal meski waktu kebersamaan kita sebagai sahabat belumlah berbilang lama. Sahabat? Ya, aku masih senang mengucapkannya meskipun (sekali lagi) aku tak pernah benar-benar tau siapa sebenarnya dirimu. Bukankah sedari dulu,diawal perjumpaan selalu kusebutkan bahwa inilah aku yang memerlukan rentetan alasan jelas untuk diyakinkan tapi (justru) hanya butuh satu alasan untuk meyakinkan orang lain. Aku tak perlu banyak memiliki sahabat ataupun menggalang simpati hanya demi memberiku kekuatan karena aku sudah cukup kuat,dan kamu tau itu.Rekam jejak yang kemarin (pernah) sama-sama kita buat,sungguh masih bisa kuingat dengan jelas,pun ketika kamu merasa bahwa aku begitu menyeramkan buatmu saat ku"bongkar" karaktermu padahal waktu itu baru berhitung jam kita mengenal..

     Kamu menjaga jarak dan aku merasakan itu,aku pun memberikan ruang setidaknya agar persahabatan yang (baru) terjalin ini bisa dipertahankan. Mungkin kita terlalu cepat untuk saling memahami pikiran masing-masing secara bebas sedangkan masih terlalu sedikit ruang-ruang bicara yang kita bagun untuk menyeimbangkannya. Aku hanya tak ingin berspekulasi,kawan. Meski ada saja beberpa orang yang membisikkan padaku tentang langkahmu yang mulai menjauh,tapi kututup kedua telinga karena aku masih belum mau untuk mengetahuinya. Meski begitu, bukan berarti aku tak perduli sama sekali,aku menjalankan semuanya seperti biasa.Seperti caraku yang tak mudah dipahami orang lain.
    

    Adakah yang salah? jika memang yang menjadi masalah adalah perbedaan "bendera" yang kita pegang, bukankah aku pernah mengatakan dan kita sama-sama bersepakat bahwa itu bukanlah masalah besar, pun seperti katamu bahwa itu hanyalah "jaket" yang menjadi hak masig-masing kita dan intinya adalah jalan juang yangsama. Aku tak pernah menghianatimu karena memang tak ada yang bisa dijadikan sebagai sebuah penghianatan.Satu hal yang harus selalu kamu yakini bahwa aku yang kamu temui di terminal subuh dan aku yang kamu antar kepergiannya si stasiun waktu itu adalah aku yang saat ini masih mengingat semua dengan jelas. Seperti harapan yang pernah kusampaikan, semoga kita dipertemukan lagi sebagai dua orang yang bersahabat bukan justru dipertemukan sebagai musuh yang saling berhadapan. Semoga kamu memandang semua ini dengan dewasa,kawanku-sahabatku... 


p.s.Semoga bukan kamu yang menjadi alasan untuk menunda kedatanganku kedua kalinya di kota Solo(mu) yang sudah (berhasil) menghipnotisku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar