Rabu, 09 Juni 2010

Apa Kabar..???


Apa kabar dengan apa kabar...??
Satu hal yang membingungkan dengan "apa kabar". Tapi nampaknya saya sedang senang dengan dua kata itu. Dua kata yang sifatnya ambiguitas dan semua orang punya berbagai sisi untuk menjawabnya. Tapi buat saya, "apa kabar" adalah dua kata yang fungsi dan tujuannya hanya untuk memberikan ketenangan pada diri sendiri.

Apa kabar semua masa lalu?emm,saya akan memulai semuanya mulai siang ini. Menanyakan kabar pada teman-teman seperjuangan, pada semua Guru-guru kehidupan saya, dan kepada semua yang merasa kehilangan dengan kepergian saya. Yup, saya hanya ingin memastikan bahwa mereka semua masih tetap setia menunggu dengan pelukan selebar-lebarnya, hanya untuk saya!
Saya lelah...kaki sudah terlalu penat, Mata sudah mulai out of focus, hati..??uhh, nampaknya sudah tak terperi sakitnya. Ternyata yang saya butuh hanya liburan "sesaat", walau liburan "sesaat" itu kalau terlalu lama dijalani bisa membuat sesat.. ^^b

Akhirnya saya "pulang".....dan saya yakin mereka semua pasti masih menyisakan satu tempat untuk saya disana. Tempat yang telah saya tinggalkan selama beberapa waktu dan kemudian akan menjadi tempat saya sampai umur saya tiada lagi bersisa...(aminn).

Saya sudah tidak butuh kehidupan serba penuh tawa tapi ternyata ketika saya menangis, sakitnya berlipat-lipat kali saya rasakan. Saya sudah tidak peduli lagi dengan semua yang bisa menurunkan bahkan mematikan kecintaan kepada-NYA. Sungguh, saya teramat benci kepada semua yang telah "memalingkan" wajah saya dari nikmatnya persaudaraan yang berlandaskan iman.

Saya harus bisa menjadi lebih kuat setelah hari ini . Saya harus bersungguh-sungguh menjadi jundullah yang kobaran api ditangannya tak akan pernah padam meski angin terkencang berhembus kearahnya...!!! Fa iza azzam ta fatawakalallah...!!!


*Other side: secara tidak sengaja membuka FBnya kembali sebelum menulis tulisan ini. Patah hati.Nampaknya itu yang sedang dirasakannya. Privacy FBnya sudah tidak lagi diataur se-rapa yang kemarin. Dia membiarkan semua orang melihat keadaannya lewat FB. Huff,ternyata aku masih cukup baik memahaminya. Tapi, aku yakin! ini lah ujian Allah yang diberikan padaku diawal ke-"pulangan"-ku. Aku harus kuat! entah harus menyebutnya apa sekarang,yang jelas, aku masih menganggapnya sebagai teman meski hanya lewat perbincangan-perbincangan tidak penting diwaktu-waktu yang telah lalu. Terima kasih teman, saya mengerti dan akhirnya merasakan betapa buruknya sebuah dosa ketika mengenalmu. Maka dengan itulah,saya menjadi begitu menghargai nikmatnya waktu-waktu sibuk yang pernah saya rasakan sebelum bertemu denganmu.Teruslah hidup dan menghidupkan orang lain. Hingga kelak jika kita dipertemukan takdir dalam keadaan yang sebenarnya, kita berdua saling mengucap :"beginilah Allah mengajarkan kita dalam takdirnya.."...Good bye........^^

Jumat, 04 Juni 2010


Manusia membuat kesalahan. Tapi ada kesalahan yang terlalu besar, sehingga kita tidak bisa lagi mengampuni diri sendiri. Bagaimana mengatasinya?


Kita merasa sangat bersalah. Peristiwa-peristiwa yang membekas begitu kuat dalam jiwa kita. Dan bisa menjurus pada trauma.

Semua ini menggoyahkan konsep kita tentang dunia dan kemanusiaan. Tentang jati diri dan relasi. Sesuatu yang mengambrukkan kepercayaan kita pada diri kita atau pada orang lain.

Ada nasehat yang baik: jangan pernah men-judge orang lain. Jangan pernah menghakimi. Kita tidak pernah tahu trauma apa yang pernah ia alami, sehingga ia berperilaku tidak sesuai harapan kita.

Saya sering mengalami di-judge orang. Dan saya merasa tidak berdaya. Pertama, karena saya memang tidak sempurna, dan orang menunjuk ke titik lemah itu. Kedua, tidak selalu situasi itu seperti yang mereka bayangkan, tapi kita terlalu kecewa untuk bersusah-susah menjelaskannya. Saya merasa tidak berdaya karena tidak bisa deal dengan pikiran orang. Lebih parah lagi kalau judgment itu datang dari orang yang kita hormati, yang kita care, apalagi yang kita cintai. Kita terpaksa bersembunyi meringkuk menahan sakit.

Oleh sebab itu nasehat tadi itu betul sekali: kita perlu menahan diri untuk tidak men-judge orang.


Tapi lebih penting lagi, saya ingin memperluas nasehat itu: Kita harus berhenti menghakimi diri kita. Kita harus berhenti tidak mempercayai lagi diri kita. Start to believe again.

Selama kita masih diperkenankan hidup, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Selalu ada waktu untuk berpegang pada ideal kita. Dan kita berjuang keras melawan pikiran-pikiran serta suara-suara yang berusaha mengecilkan arti diri kita, arti hidup kita.

Sepahit apapun, pengalaman itu harus kita jadikan berkat. Kita ubah dan jadikan itu suatu kebaikan.


Who am I to pass judgment? God waits a lifetime before passes judgment…