Senin, 03 Juni 2013

- DIFFERENT -


        There's something different. Saya sudah biasa mendengar kalimat ini, bahkan tidak jarang keluar dari mulut saya sendiri. Simplenya, ada banyak perbedaan yang kita temukan disetiap hari, beranjak dari kasur hingga kembali ke kasur lagi. Siklus hidup, begitu saya menyebutnya. Akhir - akhir ini, saya merasa seperti terlalu apatis terhadap sesuatu yang dulunya adalah bagian dari siklus hidup saya. Alasannya? tentu saja :  "There's something different". Ya, karena saya menganggap ada yang berbeda dari yang dulu pernah saya rasa diawal. Parahnya, anggapan itu berhasil membuat saya mengatakan : "goodbye" dan tak mau menoleh lagi ke masa itu sampai hari ini. Masalahnya, bukan pada siapa atau apa, tapi mengapa saya menjadi begitu apatis? Saya memang koleris dan cenderung memiliki temperamen tinggi. Satu lagi, saya tidak suka berurusan yang sifatnya bertele - tele. Lemot kalau bahasa anak sekarang. Saya suka maka saya lakukan, saya tidak suka maka saya tinggalkan. Segala hal yang telah saya tinggalkan, hampir tidak pernah saya "pungut" untuk kedua kalinya.

    Hingga akhirnya saya menyadari bahwa mempelajari siklus hidup tidak semudah mempelajari siklus krebs dalam sistem metabolisme makhluk hidup. Tapi, layaknya siklus, selalu melakukan perputaran yang dimana awal akan menjadi akhiran. Siklus hidup yang saya jalani - ternyata - belum mencapai setengah dari siklus hidup saya yang sebenarnya. Mungkin. Dan selama siklus ini berlangsung, akan ada banyak hal yang saya temui. Pastinya, akan sebanding dengan banyaknya hal yang akan saya tinggalkan. Simplenya, ada yang lama maka ada yang baru, pun ada yang datang pasti ada yang pergi. Toh, hidup hanya soal menggantikan,bukan? Lantas, kenapa saya begitu terganggu dengan kalimat : "There's something different". Harusnya yang ada di pikiran saya adalah bahwa perbedaan yang datang pada saya akan membentuk sebuah perubahan. Dan sebuah perubahan yang paling dekat dengan diri saya adalah diri saya sendiri. Analogi sederhanya seperti ini, jika saya melihat kearah cermin maka bayangan yang paling dominan adalah diri saya sendiri. Semua yang melekat ditubuh saya - bahkan jerawat di wajah - sekalipun yang tidak bisa langsung terlihat mata yang saya miliki, ternyata bisa saya lihat jelas dengan bantuan cermin. Got the point?

       Intinya, perbedaan ataupun perubahan yang saya rasakan terhadap lingkungan sekitar, sebenarnya berasal dari diri saya sendiri. Saya lah yang berubah dan saya selama ini justru berteriak seolah dunia luar telah berubah dan menghilangkan rasanya terhadap saya. Sekali lagi saya katakan, saya lah yang berubah. Harusnya, saya lebih mampu bersinergi menjalani setiap perubahan di siklus hidup saya dan bukan menuntut lebih banyak pemahaman sekitar. Saat ini, yang ingin saya katakan pada mereka yang ada disekitar saya : " Kamu berubah, saya berubah. Mengapa kita tidak berubah bersama dan menjadi manusia yang terus baru disetiap harinya". Simple dan saya belajar tentang hal ini dari sebuah cermin yang masih setia di sudut kamar. Serta inspirasi dari lagu JT- MIRROR yang sengaja saya pasang di blog ini. Mari berubah bersama ^__^



= Ms. Koleric - Unpredictable = 

2 komentar:

  1. wah.. berat banget nih tulisannya..

    Sulit dikonsumsi...
    :D

    BalasHapus
  2. Bacanya sambil makan agar2. Thanks for visited my zone ^^

    BalasHapus